Ilustrasi: Dokter gigi sedang menangani pasien pada program Rail Clinic yang diselenggarakan oleh KAI Daop 1 Jakarta. (Dok. ANTARA) |
TAJAM.NET - Dokter gigi Frida Yunisca dari Klinik Utama Kedokteran Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Serpong, Tangerang Selatan, mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai tanda-tanda karang gigi yang dapat memengaruhi kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan.
Dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Rabu (3/12/2024), Frida memaparkan berbagai gejala yang sering kali menandakan adanya karang gigi.
“Apakah Bapak Ibu pernah mengalami gejala seperti ini? Gigi tampak kuning, cokelat, atau bahkan hitam di bagian depan? Saat sikat gigi mudah berdarah atau mulut terasa bau meskipun sudah sikat gigi beberapa kali? Jangan-jangan, itu adalah tanda adanya karang gigi,” kata Frida.
Ia menambahkan bahwa gejala tersebut sering diabaikan, padahal dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius jika tidak ditangani.
Karang gigi, menurut Frida, terbentuk dari plak yang tidak dibersihkan dengan baik. Plak adalah lapisan lunak di permukaan gigi yang menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Ketika plak mengeras akibat mineralisasi dari kalsium dan fosfat, ia berubah menjadi karang gigi.
“Plak itu masih bisa dibersihkan dengan sikat gigi. Namun, jika sudah menjadi karang gigi, harus dilakukan scaling dengan alat khusus,” jelasnya.
Frida menjelaskan bahwa karang gigi terbagi menjadi dua jenis:
- Supragingiva: Karang gigi yang berada di atas garis gusi, berwarna putih kekuningan atau cokelat, tergantung tingkat keparahannya.
- Subgingiva: Karang gigi yang berada di bawah garis gusi, berwarna cokelat hingga hijau kehitaman. Jenis ini lebih sulit diatasi karena letaknya tersembunyi.
Karang gigi, terutama yang dekat dengan gusi, dapat memicu peradangan gusi atau gingivitis. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi periodontitis, yaitu kerusakan jaringan pendukung gigi yang berpotensi menyebabkan gigi goyang atau bahkan lepas.
Frida menggaris bawahi pentingnya pencegahan karang gigi melalui kebiasaan sehat, seperti:
- Menyikat gigi dua hingga tiga kali sehari, terutama pagi hari dan malam sebelum tidur.
- Menggunakan benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi.
- Mengganti sikat gigi setiap dua hingga tiga bulan agar kebersihannya tetap terjaga.
- Mengurangi konsumsi makanan manis dan berkarbohidrat tinggi.
- Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap enam bulan sekali.
“Kalau sudah ada karang gigi, segera lakukan scaling. Jangan tunggu sampai kondisinya memburuk, karena ini bisa memengaruhi kesehatan gigi dan gusi secara keseluruhan,” tutup Frida.
Dengan menjaga kebiasaan sehat dan berkonsultasi rutin ke dokter gigi, masyarakat dapat mencegah risiko karang gigi serta mempertahankan kesehatan mulut yang optimal.